Apa Itu Suntinglah
Apa Itu Suntinglah
Pertemuan keempat siklus one dilaksanakan pada hari Selasa, 23 November 2010, jam ke-7—8, pukul xiii.00—xiv.twoscore WIB. Tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa mampu melakukan penyuntingan terhadap hasil karangannya dari bagian isi (judul, tesis, masalah, dan solusinya), organisasi, ejaan, dan tanda baca. Namun, sebelum kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan, peneliti bertemu dengan
39
dosen menulis untuk mediskusikan rencana pembelajaran yang telah disusun dan disepakati sebelumnya. Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Nov 2010, pada pukul 09.00-x.00 WIB. Dalam pertemuan tersebut, peneliti berdiskusi dengan dosen tentang proses perkuliahan pertemuan keempat. Diskusi ini bertujuan agar diperoleh pemahaman yang sama antara peneliti dan dosen dalam proses perkuliahan yang akan dilaksanakan.
1)
Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini, hal-hal yang dilakukan dosen adalah sebagai berikut.
a. Mengingatkan mahasiswa dengan kegiatan pada pertemuan sebelumnya
Pada tahap ini, dosen mengingatkan mahasiswa pada kegiatan perkuliahan sebelumnya. Dosen melakukan apersepsi terhadap materi perkuliahan sebelumnya. Dosen mengawali proses perkuliahan dengan bertanya kepada mahasiswa tentang pengertian esai, tesis, konteks, masalah, dan solusi dalam esai. Dosen juga bertanya tentang bagian-bagian penting dalam paragraf awal, paragraf isi, dan paragraf penutup. Adapun kegiatan dosen dan mahasiswa pada tahap ini tampak pada penggalan dialog berikut.
Dialog ane (Selasa, 23 November 2010, pukul 13 00—fourteen.40 WIB)
Dosen : “Bagaimana kabar Anda?” “Ada yang masih mengungsi?”
Mahasiswa : “Baik Bu! Tidak ada yang mengungsi Bu.”
Dosen : ”Sukurlah kalau begitu, Meskipun kita masih menghadapi bencana
meletusnya gunung Merapi, tetapi kita akan melaksanakan perkuliahan
ini seperti biasanya. Apa yang sudah Anda ketahui tentang esai?”
Mahasiswa : “Ada masalah, besifat sujektif, ada fakta, ada solusi, ada argumennya,
dan ada nama pengarang”.
Dosen : “Selain yang Anda sebutkan tadi. Apa yang ada di awal sebuah esai?”
Mahasiswa : “Tesis, konteks, identitas penulis, dan pernyataan umum”
Dosen : “Apa yang ada dalam tubuh esai?”
Mahasiswa : “Masalah, pengembangan masalah/submasalah.”
Dosen : “Bagus, apa yang ada di bagian penutup?”
Mahasiswa : “Solusi dan simpulan”
b. Menyampaikan kompetensi pembelajaran
Dosen tidak menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa dalam pembelajaran. Dosen hanya menyampaikan bahwa pada pertemuan ini, mahasiswa diminta menyunting esai sendiri (swasunting) dan dilanjutkan menyunting karangan temannya dengan fokus pada isi (tesis, konteks, masalah, dan solusi), bahasa, dan organisasinya.
40
two)
Tahap Menyunting Tulisan
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan dosen adalah sebagai berikut. a. Meminta mahasiswa melakukan penyuntingan sendiri
Pertama, dosen bertanya kepada mahasiswa, “Apakah esai yang Anda tulis sudah disunting sendiri?” Mahasiswa menjawab, “Belum!”. Kemudian dosen meminta mahasiswa menyunting tulisannya sendiri. Akan tetapi, dosen sebelumnya telah menjelaskan tiga langkah cara menyunting karangan yaitu baca, tandai, dan perbaiki. Ketika melakukan
swasunting, mahasiswa diberi waktu selama 10 menit. Dosen berkeliling melihat proses
swasunting
yang dikerjakan mahasiswa. Diketahui ada satu mahasiswa yang tidak melakukan
swasunting, karena karangannya tidak dibawa (tertinggal di rumah). Dosen memberikan teguran pada mahasiswa tersebut agar di lain waktu tidak lupa membawa karangannya.
Adapun kegiatan dosen dan mahasiswa pada tahap ini tampak pada penggalan dialog berikut.
Dialog ii (Selasa, 23 November 2010, pukul 13 00—14.forty WIB)
Dosen : “Apakah esai yang Anda tulis sudah disunting sendiri?”
Mahasiswa : “belum!”
Dosen : “Apa saja yang dilakukan ketika proses penyuntingan?”
Mahasiswa : “Pertama, bacalah, tandai, dan perbaiki!”
Dosen : “Baiklah, silahkan Anda sunting karangan miliknya sendiri. Saya kasih
waktu sepuluh menit. Ada yang tidak menulis esai?”
Mahasiswa : Satu mahasiswa menjawab “Saya Bu! Saya lupa membawa karangan
esai”.
Dosen : “Lain waktu, jangan sampai lupa lagi ya!”
b. Meminta mahasiswa melakukan
peer editing
dengan pasangannya
Mahasiswa mencari pasangannya untuk melakukan
peer editing. Untuk mencari pasangan, dosen bertanya pada mahasiswa seorang tokoh sastrawan terkenal dan karyanya. Mahasiswa yang mampu menyebutkan tokoh sastrawan dan karyanya dapat menunjuk salah satu temannya menjadi pasangan untuk
peer
editing. Setelah semua mahasiswa mempunyai pasangan/partner, mereka saling menukarkan hasil karangannya. Setiap pasangan duduknya berjauhan agar hasil penyuntingan lebih objektif dan tidak dipengaruhi oleh penulisnya. Sebelum melakukan penyuntingan, dosen menjelaskan bagian-bagian yang harus di sunting yaitu, suntingan isi (sunsi), suntingan organisasi (sunor), dan suntingan bahasa (sunsa).
41
Suntingan isi berupa skematik karangan yang berisi paragraf awal, paragaraf isi, dan paragraf penutup. Suntingan paragraf awal mencakup pernyataan umum, pernyataan pendukung, dan tesis. Suntingan paragraf isi mencakup masalah-masalah utama, masalah pendukung, dan solusinya. Selanjutnya, suntingan paragraf penutup memuat simpulan dan penyelesaian.
Suntingan bahasa karangan meliputi kosakata, kalimat, paragraf, tatanan bentuk, ejaan, dan tanda baca. Mahasiswa akan mencermati dan menandai kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada kata, kalimat, tanda baca, dan ejaan dalam karangannya.
Untuk suntingan organisasi mencakup suntingan terhadap alur karangan atau urutan masalah yang disampaikan dalam karangan. Setelah itu, mahasiswa juga diminta untuk menyunting kesesuaian judul karangan dengan subtansi isi esai. Mahasiswa diminta membaca berulang-ulang ketika proses penyuntingan, agar diperoleh hasil yang baik. Selain itu, mahasiswa ketika menyunting tulisan diharapkan menggunakan alat tulis (bolpoint) yang tintanya berwarna berbeda dengan tulisan di karangan.
Ketika proses penyuntingan, dosen berkeliling untuk mengamati pekerjaan mahasiswa. Mahasiswa terkadang bertanya kepada dosen, “Bagaimana caranya memberikan catatan terhadap kesalahan kata, kesalahan kalimat, dan kesalahan paragraf”. Mahasiswa juga masih ragu-ragu dalam menyunting bagian ejaan. Oleh karena itu, dosen meminta mahasiswa untuk membuka kamus ejaan di komputer yang sudah
online
dengan internet. Sesekali mahasiswa tunjuk jari untuk bertanya kepada dosen tentang suatu hal yang tidak diketahuinya.
Adapun kegiatan dosen dan mahasiswa pada tahap ini tampak pada penggalan dialog berikut.
Dialog 3 (Selasa, 23 November 2010, pukul 13 00—14.40 WIB)
Dosen : “Setelah yakin pada tulisan Anda tidak ada kesalahan, selanjutnya kita
akan melakukan
peer editing. Untuk memilih pasangan, silahkan siapa
yang bisa mnyebutkan nama sastrawan Indonesia dan karyanya dapat
menunjuk pasangannya.”
Mahasiswa : “Saya Bu, Andrea Hirata karya: laskar pelangi.”
Dosen : “Betul, Gilang silakan menunjuk pasanganmu?”
Mahasiswa : “ Saya pilih Eka”.
Dosen : Kemudian secara bergantian mahasiswa menyebutkan beberapa
sastrawan seperti A.A Navis, Habiburrahman, Nh, Dhini dll. sampai
semua mahasiswa memperoleh pasangan masing-masing. “Setelah
Anda mendapatkan pasangan, silakan karangan ditukarkan dengan
42
Mahasiswa : Mahasiswa saling menukarkan karangannya.
Dosen : “Silakan setiap pasangan duduknya berjauhan! Selanjutnya, suntinglah
karangan temanmu dari tiga aspek yaitu sunsi (sunting isi), sunsa
(sunting bahasa), dan organisasinya.”
c. Meminta mahasiwa untuk klarifikasi hasil penyuntingan dengan pasangannya Setelah mahasiswa selesai menyunting karangan, mereka diminta untuk mencari pasangannya kembali. Karangan yang sudah disunting dikembalikan kepenulisnya. Setiap pasangan duduk berhadap-hadapan untuk membaca karangannya sendiri. Mereka berdiskusi untuk melakukan klarifikasi terhadap hasil penyuntingan yang telah dilakukan temannya. Jika dalam berdiskusi mahasiswa tidak memperoleh penyelesaian, maka dosen akan membantu menyelesaikan masalah tersebut.
d. Meminta mahasiswa memperbaiki karangannya
Mahasiswa diminta untuk memperbaiki karangannya. Karena perkuliahan berlangsung di Lab. bahasa, maka mahasiswa dapat menggunakan komputer yang sudah tersedia. Karangan esai mahasiswa yang sudah diperbaiki akan dikirim ke alamat e-mail bu-arik@yahoo.com atau setya_one14@yahoo.com.
three)
Tahap Penutup
Kegiatan yang seharusnya dilakukan dosen dan mahasiswa pada tahap ini sebagai berikut.
a. Dosen bersama mahasiswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
Dosen tidak melakukan refleksi terhadap perkuliahan yang telah dilakukan. Setelah kegiatan perkuliahan mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen mengenai pentingnya materi menulis esai.
b. Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
Dosen dan mahasiswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian, dosen meminta mahasiswa berdoa dan mempersilakan mereka istirahat.
43
C.Refleksi Siklus one
Refleksi tindakan siklus 1 dilakukan setelah pelaksanaan tindakan siklus one selesai. Dalam hal ini, peneliti berdiskusi dengan dosen tentang pelaksanaan tindakan siklus 1 yang telah dilaksanakan.
Pelaksanaan perkuliahan yang dilakukan pada siklus 1 belum berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Penyebabnya adalah adanya perbedaan antara skenario yang telah disusun dengan kenyataan di lapangan. Proses perkuliahan menulis esai dikatakan berhasil, jika mencapai target minimal ketuntasan sebesar 63%—81%. Akan tetapi, berdasarkan hasil penilaian proses terhadap aktivitas dosen, persentase pencapaiannya hanya sebesar 58%. Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian proses terhadap aktivitas mahasiswa, persentase pencapaiannya sebesar 55%. Berikut ini adalah hasil refleksi proses pembelajaran siklus 1.
i) Dosen tidak menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa dan langkah-langkah perkuliahan yang dilakukan mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa mengalami kebingungan pada beberapa langkah perkuliahan menggunakan strategi
Catalisting.
2) Pada tahap bacalah, dosen hanya meminta mahasiswa membaca esai dan menemukan subtansi isi esai (menemukan judul, tesis, konteks, masalah, dan solusi esai). Dosen kurang memberikan penguatan terhadap definisi bagian- bagian esai. Akibatnya, mahasiswa kesulitan ketika membedakan definisi konteks dan tesis. Selain itu, waktu yang diberikan dosen kepada mahasiswa untuk membaca esai tidak dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiwa, sehingga ketika batas waktu habis, mahasiswa belum selesai membaca esai model. three) Ketika diskusi kelompok, ada beberapa mahasiswa yang belum konsentrasi
mengerjakan tugas kelompok. Ada dua mahasiswa yang masih bermain HP. Akibatnya, mereka salah dalam menemukan tesis dan konteks dalam esai model yang dibacanya.
4) Pada tahap menemukan subtansi isi, mahasiswa belum bisa menentukan masalah pokok dan masalah pendukung. Masalah-masalah yang ditemukan dalam esai model ditulis semua dan tidak diurutkan berdasarkan urutan dalam teks esai. Selain itu, ketika perwakilan kelompok selesai menyampaikan hasil
44
temuannya, mahasiswa belum diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil temuan yang salah atau kurang lengkap.
5) Pada tahap tatalah, pengembangan masalah dan solusi esai masih sempit. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa kurang membaca referensi yang berkaitan dengan tema esai yang akan ditulis. Selain itu, esai model ke-2 yang diberikan dosen tidak dianalisis oleh semua mahasiswa. Sebanyak three mahasiswa belum membaca dan yang lain sudah membaca, tetapi tidak menuliskan hasil temuannya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan masalah dan solusi esai yang akan ditulis.
vi) Pada tahap menyusun kerangka karangan, komposisi kerangka belum tertata dengan baik. Urutan masalah belum berdasarkan urutan logis. Selain itu, beberapa kerangka karangan yang disusun mahasiswa, ditulis dalam bentuk kata kunci bukan kalimat kunci. Kata-kata kunci yang ditulis membuat maknanya menjadi kurang lengkap dan tidak jelas. Akibatnya, mahasiswa kesulitan ketika mengembangkan masalah-masalah dan solusi saat proses menulis esai.
7) Pada saat menulis, mahasiswa sudah mampu menemukan masalah-masalah pokok. Akan tetapi, mahasiswa tidak melakukan pengembangan masalah- masalah pendukung (suport). Saat itu, dosen hanya meminta mahasiswa menulis esai, tanpa membangun masalah dan solusi untuk menulis. Meskipun masalah dan solusi sudah dituangkan dalam kerangka karangan, tetapi mahasiswa ragu-ragu untuk mengembangkannya dalam karangan. Akibatnya, mahasiswa mengalami kesulitan ketika memulai menulis sesuatu dan tidak ada penggarapan terhadap tesis dan pengembangan masalah esai.
viii) Mahasiswa diminta untuk menuangkan masalah dan solusi ke dalam karangan berdasarkan urutan logis tanpa mengajak mahasiswa mengembangkan submasalah (suport) yang lebih detail lagi. Selain itu, mahasiswa masih kesulitan ketika membuat paragraf yang kohesif dan koherensif.
ix) Pada tahap menyunting karangan, mahasiswa masih kesulitan membedakan konteks dan tesis. Meskipun dosen sudah menjelaskan berkali-kali tentang pengertian tesis dan konteks, tetapi dosen belum memberikan contoh kalimat tesis dan konteks yang benar dalam karangan. Hal tersebut penting dilakukan
45
oleh dosen untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap perbedaan konteks dan tesis dalam karangan.
10) Dosen meminta mahasiswa menyunting karangan teman dari segi ada atau tidaknya bagian subtansi isi yang perlu ditambahkan, dikurangi, atau dihilangkan, organisasi gagasan, tatabahasa, ejaan, dan tanda baca. Selain itu, dosen meminta mahasiswa menyunting bagian-bagian esai dari judul, pernyataan umum, tesis, masalah, dan solusinya. Namun, dosen tidak memberikan contoh cara menyunting bagian-bagian tersebut. Akibatnya mahasiswa kesulitan menyunting pernyataan tesis, masalah, solusi, organisasi gagasan, tatabahasa, ejaan, dan tanda baca.
11) Mahasiswa ketika proses penyuntingan belum fokus pada suntingan isi (sunsi) dan suntingan organisasi (sunor), sedangkan suntingan bahasa (sunsa) sudah diperhatikan meskipun hasilnya belum maksimal. Kekurangmaksimalan penyuntingan aspek bahasa tersebut dikarenakan penguasaan kebahasaan (diksi, ejaan, dan tanda baca) mahasiswa masih lemah, sehingga ketika proses penyuntingan banyak yang terlewatkan.
12) Setelah melakukan
penyuntingan,
dosen meminta mahasiswa bertemu dengan pasangannya untuk klarifikasi. Mahasiswa ketika berdiskusi/klarifikasi dengan pasangannya belum optimal. Mereka menerima apapun yang sudah disunting oleh pasangannya, tanpa ada perbedaan pendapat. Dosen juga sudah mengatakan bahwa proses penyuntingan yang telah dilakukan pasangannya belum tentu benar, maka perlu diklarifikasi. Beberapa mahasiswa memperbaiki hasil karangannya berdasarkan masukan dari teman. Namun, beberapa mahasiswa yang lain mengobrol sendiri dengan pasangannya dan tidak memperbaiki hasil karangannya.
13) Dosen dan mahasiswa tidak melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Akibatnya dosen tidak mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran, kesulitan yang dihadapi mahasiswa, manfaat strategi
Catalisting
bagi mahasiswa, dan apa yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan.
46
Laporan Siklus Ke-two
a. Perencanaan siklus 2
Perencanaan siklus kedua dilaksanakan pada nine Desember 2010, pukul 07.00—08.40 WIB tepatnya setelah siklus pertama dilakukan. Tim peneliti sepakat untuk memperbaiki alokasi waktu proses pembelajaran pada RP (rencana pembelajaran) dan pemilihan topik menulis yang tepat. Selain itu, disepakati pula bahwa sebelum proses pembelajaran pada siklus kedua, tim akan bertemu kembali untuk mengecek instrumen, terutama RP, materi, sumber belajar, dan penertipan siswa ketika proses pembelajaran. Pematangan tersebut dilaksanakan tim pada tanggal 5 Juni 2008 pukul 07.00 WIB sebelum pembelajaran dimulai.
Berdasarkan hasil diskusi dengan dosen, dilakukan tindakan perbaikan sebagai berikut.
1) Dosen menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa dan langkah-langkah dalam pembelajaran yang harus dilalui mahasiswa karena hal ini menentukan kelancaran pembelajaran. Upaya ini diharapkan mahasiswa tidak mengalami kebingungan pada setiap langkah perkuliahan.
2) Pada tahap membaca, dosen memberikan waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk membaca esai model. Selain itu, dosen perlu menjelaskan apa yang harus ditemukan mahasiswa dalam esai model yang dibaca. Dosen tidak hanya meminta mahasiswa membaca esai dan menemukan subtansi isi esai (menemukan judul, tesis, konteks, masalah dan solusi esai), tetapi dosen memberikan penguatan terhadap pengertian aspek-aspek subtansi esai tersebut. Selanjutnya, dosen meyakinkan penguasaan mahasiswa terhadap definisi esai dan aspek-aspek yang ditemukan di dalam esai model.
three) Pada tahap menemukan masalah, dosen memberikan contoh cara menentukan masalah pokok dan masalah pendukung di dalam esai model. Masalah-masalah pokok didata terlebih dahulu kemudian dijabarkan ke submasalah yang lebih kecil. Selanjutnya, hasil temuan masalah dalam esai model dipresentasikan oleh perwakilan kelompok kemudian di berikan masukan dan perbaikan. iv) Pada tahap tatalah (menyusun kerangka karangan), dosen sebaiknya
memberikan contoh konkret terhadap susunan komposisi kerangka karangan yang baik. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan masalah-
47
masalah berdasarkan sumber bacaan lain dan pengalamannya masing-masing. Selain itu, dosen sebaiknya memberikan contoh masalah-masalah yang disajikan berdasarkan urutan logis. Masalah-masalah baru yang dirumuskan kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat kunci dalam kerangka karangan.
5) Pada saat menulis, dosen mengajak mahasiswa pada pengembangan masalah dan solusi. Dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk membangun masalah dan submasalah yang dikembangkan mahasiswa. Meskipun masalah dan solusi sudah dituangkan dalam kerangka karangan, tetapi mahasiswa kebingungan untuk mengembangkannya dalam bentuk paragraf-paragraf. Pada saat itulah, dosen dituntut perannya untuk memberikan pengetahuan pada mahasiswa cara menulis paragraf-paragraf yang kohesif dan koherensif berdasarkan masalah dalam kerangka karangan.
half dozen) Pada tahap suntinglah, dosen melakukan apersepsi terhadap definisi esai, tesis, konteks, masalah, dan solusi. Agar lebih jelas dosen memberikan contoh kalimat atau paragraf tesis yang benar dalam karangan mahasiswa. Hal tersebut penting dilakukan oleh dosen untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap definisi konteks dan tesis. Selain itu, pemahaman mahasiswa terhadap definisi esai dan aspek-aspeknya akan menentukan kualitas hasil penyuntingan ketika
peer editing
dilakukan.
7) Pada tahap penyuntingan, dosen mengarahkan mahasiswa untuk fokus pada penyuntingan isi (sunsi) dan suntingan organisasi (sunor), dan suntingan bahasa (sunsa). Suntingan isi meliputi judul, pernyataan umum (general
statement), tesis, masalah, dan solusi). Susunan organisasi meliputi keruntutan penyajian (urutan logis) dan kelogisan makna dalam setiap paragraf. Untuk penyuntingan aspek bahasa dilakukan pada aspek pilhan kata, susunan kalimat, susunan pargraf, keruntutan masalah, ejan dan tanda baca. Dosen memberikan contoh-contoh kasus kesalahan bahasa agar penguasaan kebahasaan mahasiswa menjadi lebih baik.
viii) Pada tahap suntinglah,
dosen memberikan contoh bagian esai yang perlu ditambahkan, dikurangi, atau dihilangkan, serta organisasi gagasan, tatabahasa, ejaan, dan tanda baca yang benar.
48
ix) Setelah melakukan penyuntingan, dosen meminta mahasiswa bertemu dengan pasangannya. Mahasiswa bertemu untuk melakukan klarifikasi dengan pasangannya. Mereka tidak hanya menerima apa yang sudah di sunting oleh pasangannya, tetapi didiskusikan. Dosen juga mengingatkan mahasiswa bahwa proses penyuntingan yang telah dilakukan pasangannya belum tentu benar, maka perlu diklarifikasi.
10) Dosen dan mahasiswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tujuannya agar dosen mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam perkuliahan, kesulitan yang dihadapi mahasiswa, manfaat strategi
Catalisting
bagi mahasiwa, dan apa yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Pada subbab ini dipaparkan empat tahapan yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan menulis esai menggunakan strategi
Catalisting. Keempat tahap itu adalah (i) membaca esai model, (two) mengorganisasi karangan, (3) pengembangan tulisan, dan (4) penyuntingan. Berikut ini pemaparan tahap-tahap tersebut.
Apa Itu Suntinglah
Source: https://123dok.com/article/menyunting-tulisan-suntinglah-laporan-siklus-penelitian-laporan-siklus.yee8dk4y