Pemilihan Raja Israel Pertama Dilakukan Dengan Cara

Pemilihan Raja Israel Pertama Dilakukan Dengan Cara


  • Dilihat: 1744

TUHAN MEMILIH

Minggu ke XVIII Sesudah Pentakosta
Bacaan Alkitab: i Samuel x: 17-24.

Perikop bacaan di atas mengajak kita untuk mengerti tentang kehadiran Israel. Kehadiran Israel sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Samuel, sebab Samuel merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Israel. Samuel bekeria ditengah Israel sedang memasuki masa depan yang baru berhadapan dengan bangsa-bangsa lain.  Dalam rangka memasuki masa depan yang baru tersebut, orang-orang Israel ingin memiliki seorang raja. Keinginan tersebut disampaikan kepada Samuel. Bagi orang-orang Israel, seorang raja kelak akan memimpin dan memerintah mereka dalam segala keadaan, terlebih dalam masa perang, dan akan membawa kemenangan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Samuel tidak segera menjawab permintaan orang-orang State of israel. Ia terlebih dulu bertanya kepada Tuhan. Sesudah mendapat mandat dari Tuhan, barulah Samuel melakukan sesuai yang Tuhan perintahkan. Dalam hal ini, bukan orang Israel sendiri yang memilih raja atau pemimpinnya, tetapi Tuhan melalui Samuel. Jelas, bahwa sistem yang berlaku adalah Theokrasi; bukan Demokrasi. Tuhan yang berkuasa untuk menghadirkan seorang raja atau pemimpin baru bagi State of israel. Proses pemilihan yang dilakukan Samuel adalah semua orang Israel diperintahkan untuk berdiri di hadapan Tuhan menurut ‘suku’ dan ‘kaum’. Pertama-tama Samuel memberi pengarahan bahwa dengan meminta seorang raja, itu berarti bangsa Israel menolak Tuhan yang telah membebaskan mereka dari tangan orang Mesir, dan dari tangan segala kerajaan yang menindas mereka. Setelah itu, pemilihan dilakukan. Dimulai dari suku, kemudian dari suku yang terpilih, dipilih kaum keluarga, dan dari kaum keluarga, akhirnya dipilihlah seorang yang akan menjadi raja. Dalam proses pemilihan yang berlangsung, suku Benjamin dan kaum keluarga Matri yang terpilih, dan dari kaum keluarga Matri, dipilih Saul sebagai raia Israel oleh Tuhan melalui Samuel. Saul awalnya bersembunyi dan tidak mau menunjukkan diri dalam proses pemilihan yang sedang berlangsung. Sehingga Samuel sempat menentukan seorang lain yang menurutnya pantas menjadi raja. Namun, apa yang dilihat dan dipilih Samuel, bukanlah yang dilihat dan dipilih Tuhan. Maka setelah Tuhan menyatakan bahwa orang yang dipilih sedang bersembunyi, maka Samuel menyuruh orang untuk mencari Saul. Ketika ditemukan, Samuel menyuruh Saul berdiri di hadapan seluruh bangsa, kemudian Samuel meminta mereka melihat pada Saul yang tinggi, tegap, yang telah dipilih Tuhan untuk menjadi raja mereka. Maka seluruh rakyat menyambut Saul, orang pilihan Tuhan, dengan bersorak, “Hiduplah raja.”

Baca Juga :   Lapis Dari Tepung Beras Merupakan Jenis Kudapan

Menyongsong proses pemilihan pemimpin baru di bulan Oktober yang akan datang, banyak upaya simpatik yang sedang dan telah dilakukan oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin, baik melalui dunia maya maupun dunia nyata. Terkadang upaya tersebut menjadi ajang menunjukkan kebolehan atau kepintaran diri, dan sarana untuk menjelekkan teman. Hal ini pertanda bahwa banyak orang yang ingin menjadi pemimpin cenderung mengandalkan diri sendiri, dan kurang mengandalkan kuasa Tuhan. Padahal firman Tuhan jelas, bahwa bukan State of israel, bukan pula Samuel yang memilih pemimpin baru bagi Israel, tetapi Tuhan sendiri yang memilih. Tuhan memilih dari antara suku-suku dan kaum keluarga yang dipangggil untuk hadir di hadapan Tuhan. Tuhan tidak memilih orang yang menurut pandangan manusia adalah yang terbaik. Tuhan juga tidak memilih orang yang menonjolkan diri dan kebolehannya. Tuhan memilih orang yang hadir di hadapan-Nya, yang tidak menonjolkan kehebatan dan keperkasaannya. Demikianlah yang terjadi dalam proses pemilihan Saul sebagai raja.

Karena itu, marilah kita semua menghadapi dan menyongsong proses pemilihan pemimpin baru dengan tetap menyembunyikan diri, meskipun kita, memiliki segudang kernampuan yang dapat menjadi andalan kita kelak. Setiap utusan yang akan hadir dalam persidangan nanti, hendaknya memamahi bahwa meskipun kita dari berbagai suku, almamater dan strata pendidikan, tetapi kita adalah satu kaum keluarga. Dari antara kita, Tuhan akan memilih pemimpin baru sesuai dengan kehendak-Nya; bukan kehendak kita. Janganlah terpengaruh dengan penampilan lahiriah, tetapi mintalah petunjuk Tuhan agar kita tidak salah memilih. Ingatlah, bahwa Tuhan yang memilih. Jadi, jika pemilihan tersebut dipercayakan kepada kita maka pilihlah orang yang Tuhan pilih; bukan orang yang ingin dirinya dipilih.

Baca Juga :   Rokmun Artinya

Pemilihan Raja Israel Pertama Dilakukan Dengan Cara

Source: https://www.gpib-ekklesia.org/renungan/585-tuhan-memilih.html