Apa Tujuan Dari Beta Prototype
Apa Tujuan Dari Beta Prototype
Skip to content
Beta Testing
Adalah: Pengertian dan Bedanya dengan
Blastoff Testing
Pengertian sederhana dari
beta testing
adalah pengujian suatu produk sebelum pada akhirnya dipasarkan secara resmi. Dengan adanya
beta testing
maka produk akan langsung diujikan pada setiap pengguna. Tahap pengujian ini tidak serta merta mampu dikontrol oleh tim penguji karena di dalamnya akan berhadapan langsung dengan setiap pengguna atau
end user.
Lantas, apa pengertian sebenarnya dari
beta testing
dan bagaimana cara terbaik dalam melakukannya? Baca terus artikel tentang
beta testing
di bawah ini secara lengkap.
Definisi
Beta Testing
Adalah
Dilansir dari laman resmi Product Plan,
beta testing
adalah serangkaian
user credence test
yang dilakukan sebelum pada akhirnya produk tersebut dirilis untuk masyarakat luas.
Tujuan dari
beta testing
adalah guna menemukan dan juga mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah atau
issues
dalam sistem dan juga penggunaan produk.
Beta testing
dilakukan dengan melibatkan beberapa pengguna yang biasanya disebut sebagai
beta tester.
Nantinya, mereka akan melakukan pengujian dalam kondisi dan juga karakteristik yang sama, mulai dari
hardware
sampai dengan kondisi internet yang mereka gunakan.
Dalam tahap pengujian ini, maka tim
product development
akan mampu melakukan
security testing
dan juga
reliability testing
yang tidak akan bisa dilakukan di dalam tahap
alpha testing.
Kedua tahap pengujian ini dilakukan demi mengetahui tingkat keamanan suatu produk dan juga kemampuan produk agar bisa berfungsi dengan baik.
Baca juga: Talent Management Adalah: Pengertian, Pilar dan Manfaat Talent Direction
Tujuan
Beta Testing
Secara umum, tujuan
beta testing
adalah demi menemukan dan juga mengidentifikasi masalah dan juga
problems
lain yang berpotensi bisa muncul saat produk digunakan.
Meskipun
alpha testing
pun memiliki tujuan yang sama, namun
beta testing
dilakukan guna menemukan masalah yang tidak akan muncul dalam kondisi yang terkontrol.
Beta testing
pun dilakukan guna melakukan validasi hipotesis terkait bagaimana penggunaan dalam menggunakan suatu produk. Jenis pengujian ini juga dilakukan untuk memastikan suatu produk mampu memenuhi persyaratan dan juga tujuan pengembangannya.
Tahap pengujian ini pun tidak hanya bisa dilakukan saat akan merilis suatu produk baru, tapi juga bisa dilakukan sebelum meluncurkan suatu fitur atau upgrade terbaru dari suatu produk yang sebelumnya sudah ada.
Jenis-Jenis
Beta Testing
Dikutip dari laman Adobe XD, setidaknya ada lima jenis
beta testing
yang bisa dilakukan dalam menguji suatu produk, diantaranya adalah:
1.
Closed Beta Testing
Airtight beta testing
adalah jenis
beta testing
yang dilakukan pada sejumlah pengguna yang sudah terpilih saja. Umumnya, jumlah
beta tester
dalam tahap pengujian ini akan dibatasi sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan.
Sebagai contoh, Anda berencana untuk merilis sebuah produk baru. Untuk itu, Anda harus menyiapkan suatu
landing page
yang membuat pengunjung mau meninggalkan emailnya guna mendapatkan informasi terkait produk tersebut.
Dalam hal ini, Anda bisa memilih
beta tester
dari orang yang melakukan pendaftaran diri guna mendapatkan informasi terkait produk tersebut. Jenis seperti ini lebih cocok digunakan untuk
beta testing
dengan daya cakup yang terbatas. Seperti pengujian fitur inti pada suatu produk yang akan dirilis.
2.
Open Beta Testing
Berbeda dengan
closed beta testing,
di dalam open beta testing, Anda tidak bisa membatasi jumlah
beta tester
yang ingin aktif terlibat. Jenis
beta testing
ini umumnya dilakukan sebagai bentuk
follow upwards
dari
airtight beta testing.
Open beta testing
hanya bisa digunakan untuk mengumpulkan suatu information yang sifatnya kuantitatif dengan target pengguna utama dan pola interaksi yang mereka mampu hasilkan.
Sistem pengujian ini pun nantinya mampu memberikan informasi terkait sistem saat akan digunakan dalam skala yang besar. Anda akan memerlukan waktu yang terbilang lama sebelum produk Anda dirilis ke publik.
Pengujian tipe ini juga memberikan informasi seputar sistem ketika digunakan dalam skala besar.
three.
Technical Beta Testing
Jenis
beta testing
ini dilakukan oleh sekelompok pengguna yang sudah paham akan suatu teknologi. Tujuan dari
technical beta testing
ini adalah untuk menemukan masalah yang kompleks dan memberikan laporannya pada tim teknisi.
Pengujian jenis ini nantinya akan mampu menghasilkan analisis yang mungkin tidak akan ditemukan oleh pengguna yang awam. Hal tersebut akan membuat pengujian menjadi lebih fokus dan hasil yang diperoleh pun nantinya akan menjadi lebih relevan.
4.
Focused Beta Testing
Jenis
beta testing
ini dilakukan hanya demi memperoleh
feedback
terkait fitur pada produk baru. Biasanya,
beta testing
ini dilakukan dengan merilis produk ataupun fitur baru pada pengguna.
5.
Marketing Beta Testing
Marketing beta testing
adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk bisa menarik perhatian publik. Umumnya,
beta testing
jenis ini dilakukan untuk menganalisa media
marketing
yang sedang digunakan.
Beta testing
ini juga bisa dilakukan agar lebih memahami reaksi pengguna pada produk baru yang akan dirilis. Nantinya, hasil pengujian ini bisa digunakan untuk menambah ataupun memperbarui fitur produk.
Cara Melakukan
Beta Testing
1. Tentukan Tujuan Dilakukannya
Beta Testing
Hal utama dalam melakukan
beta testing
adalah menentukan tujuannya. Berdasarkan tujuan tersebut, nantinya Anda akan bisa menentukan cakupan pengujian dan menemukan jenis
beta testing
apa yang sesuai untuk Anda.
2. Rekrut
Beta Tester yang Tepat
Tidak semua pengguna bisa dijadikan sebagai
beta tester.
Menggunakan
beta tester
yang tidak relevan dengan kriteria dan tujuan pengujian hanya akan menyebabkan kegagalan dalam
beta testing
itu sendiri.
Untuk itu, Anda harus mementingkan tiga faktor utama, yaitu jangkauan pengguna, lamanya waktu
beta testing¸
dan juga biaya yang perlu Anda keluarkan.
Ketiga faktor tersebut nantinya akan membantu Anda dalam menentukan pengguna
beta tester
yang tepat.
three. Tentukan Durasi Pelaksanaan
Beta Testing
Durasi pengujian yang terlalu lama ataupun terlalu pendek hanya akan menghasilkan suatu hasil yang tidak representatif. Untuk itu, Anda harus bisa menentukan lamanya waktu
beta testing.
Durasi ini bisa ditentukan dengan tujuan yang sebelumnya sudah Anda siapkan, menyesuaikan dana anggaran, atau berbagai faktor penting lainnya.
4. Sampaikan Informasi-Informasi Penting Kepada
Beta Tester
Bila Anda menemukan beberapa informasi yang Anda anggap penting, maka sampaikanlah pada para
beta tester
Anda. Hal tersebut nantinya akan memudahkan mereka karena para
tester
kerap kali akan mengabaikan beberapa masalah yang sudah mereka temui dalam tahap pengujian dalam
alpha testing.
5. Buat Prosedur Pengumpulan
Feedback
Yang Jelas
Sebagian besar informasi terkait pengguna memang bisa dikumpulkan secara otomatis. Namun, Anda tetap memerlukan jalur komunikasi yang cukup jelas dengan para
beta tester. Jadi, mereka harus bisa menyampaikan
feedback
terkait fitur produk secara lebih jelas.
Dengan begitu, tim
developer
dan
beta tester
akan lebih mudah dalam melakukan perbaikan produk.
Lantas Apa Bedanya dengan
Alpha Testing?
one. Orang yang Menjalankannya
Perbedaan yang mendasar antara
alpha
dan
beta testing
adalah orang yang melakukannya.
Alpha testing
dilakukan oleh karyawan atau staf internal atau minimal masih dalam ruang lingkup pengembangan produk. Mereka bisa saja dari programmer itu sendiri ataupun tim dari perusahaan yang dipercaya untuk melakukan
alpha testing.
Sedangkan
beta testing, dilakukan oleh para
end user.
Umumnya, pihak perusahaan akan memilih beberapa pengguna khusus untuk bisa mengikuti program ini. Pada intinya, mereka adalah orang yang nantinya memang akan menggunakan produk tersebut.
2. Tujuannya
Perbedaan selanjutnya terletak dari tujuan dari setiap pengujian. Pada dasarnya,
alpha
dan
beta testing
memang dilakukan untuk mencari tahu apa saja yang harus diperbaiki sebelum pada akhirnya dirilis untuk publik.
Dilansir dari laman Geeks for Geeks,
blastoff testing
dilakukan untuk memastikan kualitas dari suatu produk sebelum pada akhirnya masuk dalam tahap
beta testing. Sedangkan
beta testing
adalah untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah siap digunakan oleh para pengguna.
3 .Pelaksanaan Uji Coba
Dalam proses pelaksanaannya,
alpha testing
memerlukan ruangan atau lab khusus untuk uji coba. Hal ini tentunya berbeda dengan
beta testing,
yang mana mereka bisa melakukannya dimanapun dan kapanpun. Durasi
blastoff testing
pun lebih lama daripada
beta testing,
karena pihak developer harus mengatasi masalah-masalah lain sebelum masuk pada tahap
beta testing.
4. Manfaatnya Bagi
Developer
Dalam
alpha testing,
cara yang umumnya digunakan adalah
white box
dan juga
black box testing.
Artinya,
software developer
bisa memantau seluruh struktur internal dari suatu produk yang sedang dikembangkan.
Hal tersebut memang sangat diperlukan karena mereka jadi mampu mengetahui masalah yang ada dan apa yang nantinya harus mereka perbaiki.
Disisi lain,
beta testing
hanya menggunakan metode
black box testing
saja. Jadi, para pengguna nantinya hanya melihat bagaimana produk tersebut bisa bekerja. Nantinya,
feedback
yang diberikan akan diterapkan pada versi produk yang akan datang agar hasilnya bisa lebih maksimal.
Baca juga: Aanwijzing Adalah: Pengertian dan Tujuannya dalam Proses Procurement
Penutup
Demikianlah penjelasan dari kami tentang
beta testing
dan perbedaannya dengan
alpha testing.
Jadi, secara keseluruhan bisa kita simpulkan bahwa
beta testing
adalah serangkaian pengujian yang dilakukan oleh pengguna akhir atau
end user, sedangkan
alpha testing
adalah pengujian yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Untuk bisa melakukan proses
beta testing, maka caranya adalah menentukan tujuan dilakukannya
beta testing, merekrut
beta tester
yang tepat, menentukan durasi pelaksanaan
beta testing,
menyampaikan
informasi-informasi penting kepada
beta tester,
dan membuat
prosedur pengumpulan
feedback
yang jelas.
Selain itu, Anda juga harus menyediakan anggaran dana yang tepat untuk menyelenggarakan program
beta testing. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak ada kebocoran pada arus kas atau masalah keuangan lainnya.
Untuk membantu Anda dalam mengelola anggaran keuangan tersebut, maka Anda bisa menggunakan aplikasi akuntansi dari Accurate Online.
Selain mampu memudahkan Anda dalam mengelola anggaran keuangan dan proses akuntansi lainnya, Authentic Online juga dilengkapi dengan berbagai fitur yang mampu memudahkan kegiatan bisnis online ataupun offline Anda, seperti fitur, perpajakan, persediaan, perbankan, dll.
Tertarik? Anda bisa langsung mencoba Accurate Online secara gratis dengan klik tautan gambar di bawah ini
Bagikan info ini ke temanmu!
Page load link
Apa Tujuan Dari Beta Prototype
Source: https://accurate.id/marketing-manajemen/beta-testing-adalah/