Hasil Karya Sunan Kalijaga
Hasil Karya Sunan Kalijaga
Masih berhubungan dengan dakwah Sunan Kalijaga, yaitu mengenai media yang beliau pakai dalam menyebarkan ajaran Islam. Selama proses berdakwahnya banyak hasil karya yang beliau ciptakan sebagai sarana untuk berdakwah. Diantaranya; beberapa tembang suluk yang sangat populer bahkan hingga kini seperti
Gundul-gundul Pacul
dan
Lir-Ilir.
Beliau juga memberikan inovasi terhadap dunia pewayangan pada masa itu seperti Karakter-karakter wayang yang dibawakannya pun beliau tambah dengan karakter-karakter baru yang memiliki nafas Islam. Misalnya, karakter Punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng adalah karakter yang sarat dengan muatan Keislaman.
Wayang sudah dikenal oleh penduduk Jawa jauh sebelum Islam datang.
Wayang Kulit
yang kita kenal sekarang adalah salah hasil karya inovasi drai Sunan Kalijaga dimana saat itu wayang yang dikenal masyarakat adalah
Wayang Beber Kuno
yang menggambarkan wujud manusia secara particular, kemudian Sunan Kalijaga merubahnya menjadi wayang kulit yang lebih samar agar tidak menyerupai wujud manusia. Karena menurut sepengetahuannya menggambarkan dan mencitrakan manusia secara detail dalam Islam hukumnya adalah haram.
Lakon-lakon yang beliau bawakan dalam pertunjukkannya pun lebih islami, bukan lakon-lakon hindu seperti,
Ramayana
dan
Mahabratha. Meskipun tokoh yang dibawakan tetap sama. Karakter-karakter wayang yang dibawakannya pun beliau tambah dengan karakter-karakter baru yang memiliki nafas Islam. Misalnya, karakter Punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng adalah karakter yang sarat dengan muatan Keislaman.
Terdapat pula istilah pewayangan yang merujuk pada bahasa Arab seperti:
- Dalang, yang diambil dari kata “Dalla” yang artinya menunjukkan. Dalam hal ini, seorang “Dalang” adalah seseorang yang “menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang”.
- Tokoh
Semar,
yang berasal dari kata “Simaar” yang berarti Paku. Filosofisnya adalah dimana seseorang harus memiliki iman yang kuat dan kokoh laksana paku yang menancap. - Tokoh
Petruk,yang berasal dari kata “Fat-ruuk” yang berarti tinggalkan, dimana seseorang harus meninggalkan apa yang disembah selain Allah semata - Tokoh
Gareng, yang berasal dari kata “Qariin” yang berarti teman. Seseorang muslim harus pandai mencari teman untuk diajak menuju jalan kebaikan - Tokoh
Bagong,
yang berasal dari kata “Baghaa) yang berarti berontak. Seseorang muslim harus memberontak ketika melihat kedzaliman di hadapannya.
Sunan kalijaga sering keluar masuk kampung untuk melakukan pagelaran-pagelaran wayang. Beliau melakukan pagelaran tapa memungut biaya pada penontonnya, beliau hanya meminta mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat kepada siapa saja yang menonton pertunjukkan wayangnya.
Beliau memiliki pemikiran bahwa mereka harus didekati secara perlahan, jadi tujuan utama beliau adalah mengislamkan mereka dahulu, baru kemudian bertahap mengajarkan akidah kepada mereka. Beliau juga berpendapat ketika seseorang telah memahami Islam maka secara perlahan kebiasaan yang ada padanya dahulu akan hilang dengan sendirinya.
Selain
Wayang Kulit,
beliau juga menciptakan tembang suluk yang sangat populer salah satunya adalah
Lir-Ilir.
Tembang terseut sarat akan makna tentang hakikat kehidupan dengan liriknya yang indah.
Berikut lirik dari tembang suluk Lir-Ilir karya Sunan Kalijaga:
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Bocah angon, bocah angon
Penekna belimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekna
Kanggo mbasuh dodod iro
Dodod iro, dodod iro
Kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana, jlumatana
Kanggo seba mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak ’a, surak “hiyoo”
Terkandung filosof yang sangat mendalam dari tembang tersebut. Melalui tembang tersebut Sunan Kalijaga mengingatkan umat Islam untuk bangkit, karena telah tiba saatnya, bagi mereka untuk menerima ajaran Islam yang di bawa oleh para wali. Selain itu Islam dalam tembang ini di ibaratkan layaknya pengantin baru yang memikat hati, dan membawa kebahagian bagi orang-orang sekitarnya.
Para pemimpin-pemimpin di ibaratkan sebagai seorang penggembala (Cah Angon), Rukun Islam dan Shalat waktu diumpakan sebagai buah belimbing (bentuk belimbing yang berbentuk segi 5). Sunan kalijaga meminta agar para pemimpin-pemimpin untuk memberi contoh kepada rakyatnya untuk menjalankan sholat 5lima waaktu dan rukun Islam.
Sunan memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya) semua itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Beliau berpendapat bahwa agama seperti layaknya kain yang melindungi jiwa. Namun saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.
Sunan memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya dengan cara yang rusak tadi menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti. Selagi masih banyak waktu, selagi masih banyak kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu dan bertaubatlah. Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan. Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.
Alfandi Ilham S.Ag
Hasil Karya Sunan Kalijaga
Source: https://askafi.org/filosofi-wayang-dan-tembang-sebagai-media-dakwah-sunan-kalijaga/