Tempo Berkaitan Erat Dengan
Tempo Berkaitan Erat Dengan
Perbedaan paling mendasar antara musik Barat dan Timur adalah sistem metrik yang berkaitan dengan bagaimana kita memperlakukan tempo. Tanpa disadari, budaya Timur yang pada dasarnya non-metris mempengaruhi kita dalam proses mempelajari musik Barat, sehingga kita harus mengolah lebih khusus perihal pembagian waktu secara metris. Agar dapat mencerap esensi musik Barat (kontemporer), kita perlu menyimak kaidah-kaidah TEMPO, Beat dan RHYTHM untuk menghasilkan GROOVE dan menciptakan Experience dari musik yang kita mainkan. Seyogyanya, dengan memanfaatkan sistem metrik Barat ke dalam musik Timur, maka akan mendekatkan kedua budaya dunia Timur dan Barat. Sehingga kekuatan ‘Experience’ musik Timur dapat mencairkan sistem metrik barat yang dapat berkesan mekanikal dan sebaliknya, sistem metrik Barat dapat memperkaya implementasi musik Timur.
Sistem metrik dinyatakan di dalam bentuk-bentuk nilai goose egg seperti nada penuh, goose egg setengah (half-notation), zilch seperempat yang paling umum digunakan atau quarter-notation, naught seperdelapan (eight-note), dan sub-devisi nada-zero yang lainnya. Nilai naught menerangkan berapa lama durasi sebuah nada dibunyikan. Selain bunyi durasi cipher, ‘diam’ atau ‘silence’ di antara nix-goose egg diberlakukan dengan nilai nil ‘residue’ atau istirahat (diam). Hitungan sistem metrik menyatakan berapa jumlah jenis nada-nada tertentu di dalam sebuah ‘mensurate’ (birama) atau terkenal dengan istilah ‘bar’, ditandai dengan istilah ‘time signature’.
TEMPO – Dalam bahasa Italia, yang berarti “waktu”, menunjukkan kecepatan “pulse” atau “denyut” yang terbagi dalam hitungan per menit. Terminologi populer dalam istilah musik Barat disebut “beat out per minute” atau disingkat b.p.g. Tempo terlambat di dalam musik yang dapat kita temukan adalah twoscore bpm dan tempo tercepat adalah 218 bpm, pada umumnya dapat dimainkan oleh sebuah “metronome”. Pembagian denyut tempo ini menggunakan sistem metrik dalam menempatkan ketukan atau nada yang dapat diuraikan sesuai dengan nilai nada. Tempo dalam musik Barat terbagi atas klasifikasi sebagai berikut :
Very Wearisome ————– Largo : 40 – 60 bpm
Slowly—————— Larghetto : lx – 68 bpm
Fairly Irksome————- Adagio : 68 – 78 bpm
Moderately Slow——- Andante : 78 – 108 bpm
Moderate ————– Moderato : 108 – 120 bpm
Moderately Fast ——- Allegro : 120 – 168 bpm
Fast ——————- Presto : 168 – 200 bpm
Very Fast ————– Prestissimo : 200 – 218 bpm
Beat out – Adalah “pulse” atau denyut yang menjadi unit paling mendasar dari rhythm. BEAT terbagi di dalam devisi tempo secara metrik atau dalam hitungan matematis dalam bentuk denominator (pecahan bilangan). Denyut bunyi yang merata tidak memberikan rasa emosional kepada pendengar maupun pemain, oleh sebab itu shell memiliki tekanan yang kuat dan yang lemah, yang tidak terlalu kuat dan yang tidak terlalu lemah. Misalnya denyut tekanan beat out pada lagu berirama rock memiliki beat yang kuat pada ketukan pertama dan ketiga, oleh sebab itu ketukan pertama disebut “downward-beat”. Sementara musik jazz memiliki tekanan beat out kuat pada ketukan kedua dan ke-empat. Secara umum, beat out terbagi menjadi dua jenis yaitu “downwards-beat” dan “off-beat”, down-beat adalah ketukan di bawah (khususnya ketukan pertama pada tiap bar) dan off-beat adalah nada pada ketukan di atas. Penekanan atau aksen pada hitungan off-vanquish akan menciptakan pola ritem yang disebut sinkopasi. Sering kali Beat out dikonotasikan sebagai corak musik, sebab esensi penempatan aksen pada beat out akan memberikan karakter yang khas dari ritme musik.
RHYTHM – Secara umum, rhythm adalah pergerakan audible atau visual yang terukur dan terkendali, biasanya dihasilkan oleh rancangan yang teratur dari beberapa elemen (nilai-nilai nada) yang berbeda. Rhythm adalah penampilan dasar dari semua bentuk seni, khususnya musik, puisi dan tari. Di dalam musik, rhythm bermakna tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pergerakan ke depan dari musik di dalam struktur tempo. Sebagai tambahan untuk arti yang lebih luas, terminologi rhythm kadang-kadang digunakan berkaitan dengan kejadian waktu yang spesifik, seperti panjangnya durasi sebuah pola ketukan.
Seperti ritem di dalam alam semesta, pergerakan planet-planet, pergantian iklim dan detak jantung, ritme musik biasanya terorganisir ke dalam pola yang terulang secara rutin. Pola-pola tersebut meregulasi pergerakan dari musik dan membantu pendengaran kita dalam menangkap strukturnya. Unit ritme yang paling mendasar adalah BEAT atau ‘pulse’ (denyut), pengulangan pola waktu seperti detak jantung.
Di dalam ‘dance music’, denyut ritem sangat dinyatakan dengan jelas, biasanya oleh drum-shell. Untuk musik yang lebih kompleks, beat sering kali hanya merupakan bilangan pecahan untuk durasi nada yang sebenarnya, dapat lebih panjang atau lebih pendek dari denyut itu sendiri. Namun bila kita mengikuti ketukan dengan hentakan kaki misalnya, maka trounce tersebut akan terasa lebih nyata.
Pola aksen yang umum dari sebuah komposisi musik dapat diuraikan ke dalam denyut secara private. Di dalam notasi ritmik, nada-nada diberi nilai sesuai dengan relasinya terhadap beat. Kelompok kesatuan beat-crush di dalam komposisi musik menentukan ‘meter’ (ukuran). ‘Meter’ ini diidentifikasikan oleh ‘time signature’ (denominator ketukan).
Sementara trounce-beat meregulasi durasi nada atau aught-naught, shell-beat itu sendiri diregulasikan oleh pengulangan kesatuan yang disebut ‘measure’. Measure terbentuk oleh penekanan pertama di dalam serangkaian beat-vanquish, dan beat-vanquish terkelompok ke dalam sebuah pola. Istilah ‘meter’ berkenaan dengan, pertama-tama mengenai aksen secara umum, kedua khusus untuk kelompok metrikal yang digunakan di dalam komposisi. Di dalam notasi musik, meter ditandai oleh ‘time signature’. Misalnya di dalam fourth dimension signature ii/4, angka four menandakan ketukan dasar yang terulis sebagai null seperempat atau ‘quarter-note’, sementara angka two berarti ada dua buah nada seperempat pada tiap-tiap ‘measure’. Demikian juga dengan time signature 6/8 berati ada enam buah zilch seperdelapan di dalam setiap measure, termasuk ke dalam pola ritem yang kompleks disebut ‘chemical compound meter’.
Ketika vanquish-crush dikelompokkan ke dalam measure out, lalu measure-measure ini juga dikelompokkan ke dalam kesatuan yang lebih besar. Pengelompokan mensurate-measure menciptakan segmen tempo lebih lebar yang membentuk sebuah komposisi lagu. Sebuah motif (ide melodik pendek yang membentuk kesatuan musikal secara lengkap) dapat terdiri atas lebih dari satu measure. Satu motif atau lebih dapat diulang dan bervariasi untuk membentuk kalimat nada (phrase). Kalimat-kalimat naught dikombinasikan untuk menghasilkan ‘department’ atau bagan, dan department-section ini membentuk sebuah komposisi secara keseluruhan. Dengan demikian, komposisi musik tercipta pada dasarnya secara ritmik alamiah.
Sejak abad pertengahan hingga kini, musik Barat menampilkan lebih dari satu melodi secara bersamaan atau melodi yang dukung oleh pengiring. Hal ini menunjukkan hubungan antara nada-nada membutuhkan persyaratan sistem harmoni yang canggih. Sistem rhythm Barat memiliki kaidah-kaidah rasional yang terkendali dan terukur. Juga memungkinkan untuk menciptakan komposisi ‘multi-part’ (terdiri dari beberapa bagian) dengan teknik tinggi dan nuansa dramatika yang kompleks.
GROOVE – Istilah ini berasal dari perngertian kanal pada piringan hitam tempat jarum phonograph membunyikan trak musik yang berputar. Di dalam musik kontemporer, “GROOVE” berkenaan dengan tempo yang konstan dan stabil, saat musisi mengungkapkan FEEL ritmis ketukan atau serangkaian pola nada. Ungkapan atau ekspresi pemusik yang “great” juga memberikan pengertian tentang bagaimana musisi menginterpretasikan TEMPO dari ketukan atau BEAT. Terminologi ini berkembang semenjak corak musik kulit hitam seperti R due north B, Motown dan Soul menjadi populer pada dekade 60, istilah groove mulai banyak digunakan oleh musisi pada umumnya. Walaupun pada awalnya tercetus dikalangan pemusik kulit hitam di Amerika Serikat, kaum remaja menggunakan kata ini sebagai ungkapan rasa di dalam kehidupan sehari-hari yang artinya sama seperti istilah “cool” (keren atau asyik). Terminologi musik populer yang berkaitan erat dengan groove adalah tata-cara bermain “laid-back’ yang secara harfiah berarti “rileks” atau santai. Namun secara teknis, istilah ‘laid-back’ menerangkan interpretasi vanquish di belakang akurasi tempo, atau ketukan yang dimainkan sedikit terlambat secara stabil. Pada umumnya di dalam kecepatan tempo yang relatif, efektif di bawah 120 bpm.
Hal yang alami dalam bermain musik, musisi memiliki kecenderungan untuk mempercepat tempo permainan. Ini terjadi oleh karena faktor emosional atau energi bermain yang kurang terkontrol. Terutama ketika memainkan musik dalam tempo medium (80 – 120 bpm adalah tempo yang umum digunakan untuk musik-musik populer), kesulitan dalam mempertahankan tempo secara stabil sangat krusial. Bermain secara ‘laid-back’ akan efektif dapat menanggulangi dalam mengkontrol emosi pemain agar tidak terjadi ‘rushing’ atau percepatan tempo yang tidak disengaja. Faktor emosi yang dapat menyebabkan percepatan tempo adalah alami, sebaliknya, tempo yang mengendur atau memperlambat secara tidak disengaja akan menjadi fatal, karena dapat mengakibatkan musik tidak menarik dan berkesan seolah-olah pemain mengalami masalah teknis bermain.
Istilah GROOVE berkembang semenjak James Brown mempopulerkan corak funk atau soul pada akhir dekade sixty. ‘Groove’ tidak lagi semata-mata berkaitan dengan ‘laid-dorsum feel’ melainkan segala-sesuatu yang ‘funky’ dengan ‘syncopated rhythm’ yang agresif, dapat disebut ‘grooving’. Dengan kata lain, groove adalah ekspresi rasa ritmik pemain musik yang dapat berkomunikasi dengan audiens secara emosional. Atau ekspresi ‘feel’ musik dari ritem yang dimainkan dengan intensitas yang tinggi dan energik.
Experience – ‘Musical Feel’ adalah ‘rasa dalam bermusik’ dari musisi ketika memainkan sebuah komposisi sesuai dengan selera, interpretasi, kemampuan teknis, latar-belakang kultural, kreatifitas dan berbagai faktor psichologis seperti aspek komunikasi, sensibilitas dan kejiwaan pemain. Di dalam budaya musik modern, secara kongkrit, musik kontemporer dapat dibagi atas dua jenis ‘feel’ yaitu ‘jazz-feel’ dan ‘rock-feel’. Oleh karena pengaruh kultural budaya musik Irlandia, Jazz-feel cenderung pada devisi ketukan triple, sementara rock-experience lebih menekankan hitungan null-aught seperdelapan (duple). Esensi experience ini berdasarkan bagaimana asal muasal pola ritmis kedua jenis musik tersebut terbentuk. Di dalam musik jazz yang menerapkan pola ketukan triplet menciptakan ‘swing-feel’ yang khas. Namun di dalam perkembangannya, setelah era bebop, ‘swing-feel’ berubah menjadi ‘straight-eight’ atau ‘even-eight-feel’ ketika musik jazz dimainkan dalam tempo cepat era post-bop dan modernistic jazz.
Secara lebih luas, ‘musical feel’ dapat mencakup berbagai ungkapan rasa dalam bermusik. Misalnya shuffle-experience di dalam musik blues yang juga menggunakan ‘triplet-feel’ dengan aksen ‘one and three’ pada bass-drum, sementara beat ‘two and iv’ diberi aksen oleh snare-drum. ‘Shuffle-experience’ yang sama diterapkan pada salah satu alat ‘closed hi-hat’ atau pada ‘ride cymbal’. ‘Musical feel’ lain yang mengambil pengaruh dari musik Afro-cuban menciptakan ‘half-dozen-viii-feel’, yaitu komposisi musik yang menggunakan ketukan metrik vi/8 atau ‘twelve-eight-feel’ (pola ketukan metrik 12/viii). ‘Half-dozen-eight-feel’ dan ‘twelve-eight-feel’ ini menerapkan aksen pada ‘off-beat’ sehingga menciptakan pola ritem ‘syncopated-trounce’, karena pengaruh multi-layer rhythm dari budaya musik Afrika. Pengaruh Afrika juga menciptakan berbagai ritme-ritme ganjil dalam birama yang tidak umum selain devisi ketukan tiga dan empat seperti 5/4, 7/viii, dll, disebut dengan istilah ‘ODD-Time experience’. Dalam hal ini penekanan pada downwards-crush (ketukan pertama pada bar) menjadi sangat penting untuk dapat merasakan pola-pola rhythm ganjil, namun musisi yang telah mahir memainkan ‘ODD-Time’, mereka kerap menghindari down-beat untuk mendapatkan kebebasan bermain dan mengembangkan kreatifitas bermusik. ‘ODD-TIME feel’ yang lebih abstrak dalam sistem metrik menciptakan multi-layer rhythm seperti ‘five against 4’ yang disebut POLY-RHYTHM.
Tempo Berkaitan Erat Dengan
Source: http://staff.unila.ac.id/riyanhidayat/2016/12/08/sistem-matrix-dalam-musik/