REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH — Keseleo satu galengan bermanfaat dalam visiun Islam yaitu akidah. Akidah yakni akad atau pernah yang dipegang konsisten dan terhunjam langgeng di intern lubuk hati sebagai ketetapan yang tidak ada keraguan dengan munjung religiositas kepada Allah dan tak dapat beralih dari plong-Nya.
Menurut Konsul Komandan Lead Persatuan Dayah Inshafuddin, Tgk Tarmizi M Daud Mag, ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini koteng orang islam sebelum ajaran-tajali lainnya. “Seumpama tali kekang, akidah mengendalikan sendiri mukminat agar enggak bepergian tanpa arah yang jelas,” kata Tgk Tarmizi M Daud momen mengisi pengajian rutin Kaukus Peliput Peduli Syariat Selam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (22/11/2017) malam.
Kenapa akidah ini menjadi kejadian yang perlu dimiliki dan dipegang teguh, karena alam ini ada pemiliknya di mayapada dan alam baka. “Dengannya akan mengarahkan seorang mukmin mendekati suatu tujuan yang dicita-citakan cenderung kebahagiaan marcapada dan akhirat,” ujarnya dalam rilis yang diterima
Republika.co.id, Kamis (23/eleven).
Ia menambahkan, “Akidah itu adalah komitmen awal kita kepada Almalik sebelum melangkah kepada hukum Selam. Syariat itu tidak akan jalan dengan baik jika akidah Muslim litak. Tidak mau berjuang untuk kemujaraban agamanya karena akidah problematis.”
Menurutnya, akidah harus dirancang dan dibangun tambahan pula suntuk sebelum merancang dan membangun bagian Islam yang bukan. ”Akidah juga tidak boleh berubah-tukar karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan ataupun awam,” sebut Tgk Tarmizi K Daud yang juga Ketua Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah nan Terpadu Efektif dan Riil (ARIMATEA).
Dengan north kepunyaan akidah nan lestari dan tidak mudah goyah, pun akan membuat sendiri Muslim terus merasakan dirinya setiap momen makmur dalam sensor Almalik SWT. “Selalu mencegah dirinya untuk berbuat kemaksiatan yang dimurkai Almalik dan senantiasa menjalankan segala perintahnya,” tuturnya.
Seseorang Muslim kembali memercayai setiap amal perbuatannya akan selalu dicatat oleh Yang mahakuasa melewati malaikat-Nya, yang akan diperlihatkan segala catatan tersebut di hari alam baka kelak. Hal ini begitu juga ditegaskan Tuhan dalam Surat Al-Isra’ Ayat thirteen yang artinya,
“Dan tiap-tiap makhluk itu telah Kami tetapkan darmabakti perbuatannya (seperti tetapnya kalung) sreg lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab nan dijumpainya terbuka.”
“Muslim itu akan meyakini semua catatan amal baik dan buruk yang dikerjakan itu masuk kerumahtanggaan buku gubahan malaikat dengan adanya akidah yang abadi. Sehingga, sira merasa diawasi dan setiap yang dikerjakan akan berurusan dengn Allah, bukan karena takut dengan pengawasan Surface area Hisbah (WH) di Aceh,” ungkapnya.
Orang-orang yang memiliki akidah nan kuat juga ketika menjalankan suatu perintah hukum, bukan karena takut karena adanya WH dan hukuman cambuk, karena tidak selamanya WH bisa mengaram, tapi karena takut sreg Allah satu-satunya yang camar menyibuk setiap ketika.
Kamu menambahkan, dengan akidah yang kuat, detik agama Selam dihina dan dilecehkan, maka Muslim tersebut juga akan segera bangkit bikin membelanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
“Momen seorang Muslim bukan merasa marah dan konvensional-biasa namun tanpa reaksi apa-apa ketika agamanya dihina dan direndahkan lebih lagi menganggap suatu nan wajar-wajar sekadar, maka momen itu sebenarnya menjadi pertanda bahwa akidahnya menengah bermasalah,” ungkapnya.
Hakikat dan otentisitas akidah pula tak boleh berubah dimana pun gemuk. Sekufu juga seperti ikan yang arwah dalam air payau di segara lepas, tapi ikan tersebut tidak asin sebagaimana air loonshit sira hidup.
“Karenanya, jangan sampai akidah kita seorang Muslim ikut berubah dengan lingkungan. Momen kita nyawa di wadah yang baik dan bersama hamba allah-sosok konsisten akidah kita kuat, tapi ketika lingkungan tidak baik, maka akidah juga jadi tembelang. Karenanya, jangan sampai mencampuradukkan akidah kita dengan satu kognisi seperti sekuler, pluralisme agama dan liberal (Sipilis) yang ujung-ujungnya membentuk rusak akidah kita,” tegasnya.
Akidah pula dibentuk secara n domestik oleh pribadi-pribadi Muslim, serta faktor eksternal dengan kebiasaan pemerintah menerobos hukum positif begitu juga qanun-qanun syariat Islam yang berlaku di Aceh, dengan enggak memberi peluang lega pemahaman yang bisa negatif akidah Islam.
“Di sinilah kita memerlukan hadirnya pemimpin-pemimpin Muslim di pemerintahan kita yang akan cak acap nanang kerjakan menegakkan syariat agamanya dan mempererat akidah rakyatnya,” jelas Tgk Tarmizi.
BACA Pula: Ikuti News Assay News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini